Historis Pelabuhan Belawan Dulu Dan Kini 

oleh -388 Dilihat
oleh

Medan – Pelabuhan Belawan adalah pelabuhan yang terletak di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara dan merupakan pelabuhan terpenting di pulau Sumatera.

Pelabuhan Belawan adalah sebuah pelabuhan dengan tingkat kelas utama dengan Koordinat geografisnya adalah 03°47′N 98°42′E / 3.783°N 98.700°E (03º 47’ 00” LU dan 98” 42” BT). Pelabuhan ini berjarak sekitar 24 km dari pusat kota Medan.

Cikal bakal lahirnya Pelabuhan Belawan adalah Labuhan Deli yang dulunya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Deli yang kesohor di kawasan Sumatera Timur. Bandar Labuhan Deli terletak di tepi Sungai Deli.

Frasa ‘Bandar’ sendiri merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang artinya labuhan atau pelabuhan. Karena masa itu yang berkuasa adalah pemerintah Kerajaan Deli, maka pelabuhan tersebut dinamai Labuhan Deli atau Bandar Deli.

Pelabuhan Labuhan Deli awalnya dibangun pada tahun 1890, untuk menyediakan lokasi di mana tembakau dapat ditransfer secara langsung antara jalur kereta api dari interior dan mendalam-draft kapal. Pelabuhan diperluas pada tahun 1907 dengan pembangunan bagian-bagian baru yang dimaksudkan untuk pedagang Cina dan pedagang pribumi, menyediakan pelabuhan yang ada untuk pengiriman orang-orang Eropa.

Pada tahun 1915, Pelabuhan Labuhan Deli dipindahkan ke Belawan yang terletak di tepi Sungai Belawan. Hal ini disebabkan Sungai Deli kian dangkal, sehingga menghambat kapal masuk alur Sungai Deli menuju Labuhan Deli.

Belanda membangun dermaga Belawan lama hingga mencapai panjang 602 meter dan lebar 9-20 meter. Oleh Belanda, dermaga Belawan lama dipergunakan untuk sandar berbagai jenis kapal, baik kapal kargo maupun kapal penumpang. Pada awal abad kedua puluh bisnis pelabuhan berkembang maju, dengan pertumbuhan karet yang besar dan perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara. Pada 1920-an beberapa fasilitas pelabuhan utama dibangun.

Pada tahun 1938, dalam perkembangannya, Pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan terbesar di wilayah Hindia Belanda, dalam hal nilai kargo. Volume kargo menurun drastis setelah kemerdekaan Indonesia, dan tidak mencapai tingkat pra-kemerdekaan lagi sampai pertengahan 1960-an.