Menurut Chen Tsen, setelah IPO, perseroan juga akan berencana untuk menambah fasilitas cold storage, namun nanti realisasinya akan mengikuti kondisi pasar. “Kapasitas diharapkan akan bertambah, tapi kan itu tergantung pasar, jadi saya belum bisa untuk prediksi,” kata dia.
Adapun dalam gelaran IPO, DFI menawarkan 100 juta unit sahamnya kepada publik dengan harga penawaran senilai Rp 915. Dengan demikian, perseroan mampu menghimpun dana sebesar Rp 91,5 miliar dari aksi korporasi ini.
Rencananya, sekitar 20% dana hasil IPO akan digunakan untuk modal kerja guna mendukung kegiatan operasional DFI dan sekitar 80% akan digunakan DFI untuk penyetoran modal kepada salah satu perusahaan anak DFI yaitu PT Sukanda Djaya untuk modal kerja pembelian persediaan.
“Hal ini mengingat kontribusi PT Sukanda Djaya untuk periode 7 bulan yang berakhir pada 31 Juli 2019 memberikan kontribusi sebesar 77,1% dari pendapatan konsolidasian Grup Diamond,” tutur Chen Tsen.
Disamping itu, perseroan akan menerbitkan saham baru kepada Anderson Investments Pte Ltd. Hal ini dilakukan berdasarkan perjanjian obligasi konversi (convertible bond) pada 11 Juli 2019. Dari aksi korporasi tersebut, perseroan memperoleh dana untuk meningkatkan modal saham sebesar Rp 1,14 miliar.
Chen Tsen mengungkapkan, nantinya perseroan tak menutup kemungkinan untuk melakukan Secondary Act setelah IPO, terlebih kepemilikan saham publik hanya sebesar 1,06%. Namun dirinya belum bisa menjelaskan lebih detail aksi korporasi lanjutan tersebut.