Kapan Menteri BUMN dan Pertamina Holding Beri Kartu Merah PGN?

oleh -307 Dilihat

Oleh: Yusri Usman, Direktur Eksekutif CERI

Jakarta (XNews.id) – Perilaku Dirut PT PGN Tbk Suko Hatono patut disesalkan yang terbukti benar telah mengadakan pertemuan dengan Dirut PT Isargas dan Djauhar Maulidi Dirut PT Rukun Raharja Tbk sekitar akhir bulan September 2020.

Hal itu sesuai pengakuannya di dalam berita majalah Gatra terkini 15-21 Oktober 2020 edisi “Anak & Mantu Megawati di Blok Rokan”, maka pertemuan itu
dapat diklasifikasikan pelanggaran berat terhadap GCG (Good Corporate Governance) sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri BUMN nomor 1 tahun 2011.

Patut diduga pertemuan itu telah terjadi konflik kepentingan antara hubungan dekat secara pribadi Suko dengan Iswan Ibrahim, karena Suko sempat beberapa bulan berkarir di PT Isagar paska dicopot dari Dirut Pertagas pada 16 Mei 2018.

Pasalnya, Iswan sebagai Dirut PT Isagar adalah sebagai kompetitor Djauhar sebagai Dirut PT Rukun Raharja masih dalam proses beauty contest yang sedang dilakukan Pertagas hingga saat ini, sehingga pertemuan itu adalah bed contest.

Tanpa bermaksud menuduh, maka peran Suko sebagai Dirut PGN sangat bisa mengintervensi dan menolak atas segala keputusan yang telah ditetapkan oleh Pertagas dalam mengusulkan mitra investasi terpilih ke PGN untuk membiayai 25% dari nilai USD 300 juta, karena usulan itu harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Dirut PGN untuk bisa ditetapkan sebagai mitra investasi.

Meskipun alasan Suko bahwa acara pertemuan itu untuk hanya silahturami sebagai sahabat lama sekalian membahas isue isue miring adalah alasan yang tak masuk akal sehat, karena pertemuan itu dilangsungkan pada saat PSBB ketat diberlakukan oleh Gubernur DKI.

Kalaupun alasan untuk acara silahturahmi sesama temen lama dan sekalian membahas isue isue miring itu dalam situasi PSBB ketat, maka sangat bisa dilakukan secara virtual dengan zoom meeting dengan mengajak banyak pihak tentu lebih aman bagi kesehatan disaat pemdemi covid 19.

Tentu pertanyaannya mengapa harus ketemu tatap muka dan terbatas pesertanya?, tentu pertemuan itu memancing kecurigaan publik ada agenda lain di balik pertemuannya.