Jakarta, (Xnews.id) – Dengan akses alat kesehatan, pengobatan, dan vaksin COVID-19 yang mendominasi perbincangan kesehatan di seluruh dunia, mudah untuk melupakan bahwa akses ke alat kesehatan dan pengobatan untuk penyakit menular lainnya, seperti tuberkulosis (TB), masih sangat kurang.
TB telah ada selama berabad-abad dan membunuh 1,4 juta orang pada tahun 2019 saja, menjadikannya salah satu dari 10 penyebab kematian teratas di seluruh dunia dari agen infeksi tunggal. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 10 juta orang secara global jatuh sakit dengan TB pada tahun 2019. Ini adalah penyakit yang sangat dapat disembuhkan. Namun, akses yang buruk ke diagnostik dan obat-obatan telah membuat sulit untuk memenangkan perjuangan dalam menghilangkan TB.
Dalam webinar yang diselenggarakan oleh Doctors Without Borders/Médecins Sans Frontières, manajer proyek AIDS Access Foundation Chalermsak Kittitrakul mengatakan kurangnya akses ke pengobatan TB bukan hanya masalah yang dihadapi oleh negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah, karena harga obat yang tinggi berarti bahkan negara-negara kaya tidak dapat menyediakan akses pengobatan TB untuk semua rakyatnya.
“Masyarakat yang dapat mengakses obat terbatas karena harga obat yang begitu mahal sehingga kebijakan atau proyek pengobatan pemerintah pun tidak dapat memberikan obat kepada semua yang membutuhkan,” katanya.
Kittitrakul menunjukkan bahwa masalah utama dari harga tinggi adalah monopoli produksi obat. “Paten adalah cara untuk mendorong inovasi alat kesehatan dan obat-obatan, tetapi yang kita lihat di sini adalah penyalahgunaan paten. Ini digunakan untuk memanipulasi sistem untuk memperluas monopoli pasar. Produsen tunggal dengan hak untuk memproduksi obat memiliki hak untuk menetapkan harga berapa pun yang mereka inginkan, dan kita melihat bahwa di Thailand, di mana paten memberikan hak kepada produsen tertentu untuk memonopoli pasar selama 20 tahun. Saat ini, hak untuk memonopoli pasar seharusnya berakhir pada 2023, tetapi perusahaan farmasi besar mencoba untuk memperpanjang periode monopoli hingga 2036.