BPA bekerja atau berdampak kesehatan melalui mekanisme endocrine disruptors atau gangguan hormon khususnya hormon estrogen sehingga berkorelasi pada gangguan sistem reproduksi baik pria maupun wanita, diabetes, obesitas, gangguan sistem kardiovaskular, gangguan ginjal, kanker, perkembangan kesehatan mental, autism spectrum disorder (ASD) dan pemicu Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Diah Ayu Puspandari melakukan penelitian terkait dampak dari kandungan BPA dalam AMDK. Paparannya disampaikan dalam saresehan Upaya Perlindungan Kesehatan Masyarakat. Menurut dia, paparan BPA berkontribusi 4,5 kali lebih besar memicu infertilitas dan data data lain terkait kejadian infertilitas di Indonesia.
Sementara itu, menurut Ahli Biomedik Farmasi dan Farmakologi sekaligus Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Prof Juanidi Khotib, pihaknya mendorong penelitian yang bermanfaat. Tugasnya menyediakan data berbasis sain untuk digunakan bagi dukungan kebijkan yang berpihak pada masyarakat.
“Dari kajian yang dilakukan terjadi pelepasan atau migrasi partikel BPA ke makanan atau minuman yang bersinggungan langsung dengan kemasan primer sehingga partikel BPA dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman tersebut. Konsentrasi BPA dalam darah dan urin sangat erat dengan berbagai penyakit yang berkaitan dengan gangguan endokrin, yaitu gangguan pada hormonal sistem, perkembangan saraf dan mental pada anak – anak,” papar Junaidi Khotib. (*)