Langkah selanjutnya adalah memperhitungkan kenaikan biaya atau inflasi. ”Ini juga sesuatu yang sebaiknya dicek langsung ke sekolah atau kampus terkait sehingga kita bisa memperkirakan biaya yang perlu dipersiapkan di masa depan secara lebih nyaman. Apabila data ini tidak tersedia, kita bisa menggunakan data BPS yang tersedia per daerah dan jenjang pendidikan sebagai patokan,” jelas Riza.
Setelah dua tahap tersebut, orang tua dapat menghitung jangka waktu menabung sekaligus menentukan instrumen investasi yang disesuaikan dengan jangka waktu dan profil risiko kita sebagai investor. ’’Untuk jangka pendek, misalnya kurang dari lima tahun, sebaiknya menggunakan instrumen investasi yang stabil,” papar Riza.
Untuk jangka panjang, sebaiknya digunakan instrumen yang menghasilkan keuntungan lebih besar guna meringankan beban keuangan. ”Namun, masih harus tetap sesuai dengan profil risiko kita,” lanjutnya.
Pentingnya perencanaan keuangan untuk pendidikan anak tersebut disetujui oleh Eka Susanti, ibu tiga anak. Hal itu dipelajarinya dari orang tua. ”Dengan perencanaan keuangan, orang tua saya berhasil memberi kelima anaknya pendidikan yang layak. Itu yang membuat saya ingin menerapkannya pada anak-anak,” tuturnya.
Eka menerangkan bahwa awalnya dirinya memakai asuransi pendidikan sebagai investasi. ”Namun setelah kelahiran anak kedua dan ketiga, saya memilih untuk menabung secara pribadi,” ucapnya.