Naslindo menegaskan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang adil dan sejahtera, ideologi ekonominya harus berlandaskan pada koperasi. Pertumbuhan ekonomi kita harus dirasakan bersama, bukan hanya oleh segelintir orang atau pengusaha besar, tuturnya. Ia menambahkan bahwa demokrasi ekonomi harus tumbuh bersama, berbeda dengan demokrasi politik yang sudah mapan di Indonesia.
Inspirasi dari Luar Negeri dan Sejarah Koperasi di Indonesia
Naslindo juga menceritakan sejarah berdirinya koperasi pers pertama yang digerakkan oleh wartawan di Kanada, Alfonso Desjandin. Desjandin mendirikan koperasi media untuk menciptakan model bisnis yang berkelanjutan dan memberikan kontrol lebih besar kepada para jurnalis. Koperasi bukan hanya entitas sosial, tetapi juga entitas bisnis yang dikelola secara profesional, tegas Naslindo.
Di Indonesia, koperasi pertama didirikan oleh Bupati Purwokerto, Arya Atmaja yang prihatin dengan penderitaan rakyat akibat jeratan rentenir. Atmaja kemudian menghimpun dana dari jamaah masjid untuk mendirikan koperasi. Koperasi ini kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Ajakan untuk Membangun Koperasi yang Sehat
Naslindo mengajak semua pihak untuk tidak menganggap koperasi sebelah mata dan melihatnya sebagai salah satu alternatif yang bisa memberikan kesejahteraan. Bank terbaik di dunia pun bukan dikelola PT, tetapi berbadan hukum koperasi, katanya.
Ia berharap koperasi yang dikelola insan pers ini bisa mengubah gaya hidup dan kesejahteraan jurnalis, menjadikannya gerakan sosial yang menghimpun kekuatan bersama untuk mandiri.
Membangun Koperasi yang Inklusif dan Berkelanjutan