XNEWS.ID – Anggota DPR RI 2024 – 2029, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS., menjadi pembicara utama dalam acara Rembuk Nasional Masyarakat Rumput Laut Indonesia di Makassar, Sabtu, 30 November 2024. Acara diselenggarakan Asosiasi Pengusaha Rumput Laut Indonesia (Aspperli), Maporina, Hipka, dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
Dalam pemaparannya, Prof. Rokhmin Dahuri memberikan wawasan berdasarkan penelitian dan pengalaman pribadinya dalam bidang kelautan dan perikanan. Bahwa rumput laut memiliki potensi besar sebagai sumber daya hayati yang berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.
Rumput laut tidak hanya bermanfaat sebagai bahan baku industri pangan, tetapi juga memiliki aplikasi luas dalam bidang farmasi, kosmetik, dan bioenergi, ujarnya dengan tema Masa Depan Rumput Laut Indonesia Dalam Perspektif Ekonomi Biru.
Dalam kesempatan tersebut, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – IPB University itu menjelaskan reasonings rumput laut sebagai game changer (sumber pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, kesejahteraan, dan ketahanan pangan secara berkelanjutan) menuju Indonesia Emas 2045.
Indonesia memiliki potensi produksi rumput laut penghasil karagenan (Eucheuma spp) dan penghasil agarosa (Gracillaria spp) terbesar di dunia (FAO, 2022), dengan produksi mencapai 9,7 juta ton dan nilai ekspor Rp 28,36 trilyun pada 2023 (KKP, 2023), menempatkannya sebagai produsen rumput laut terbesar kedua di dunia (FAO, 2024).
Rumput laut merupakan bahan baku (raw materials) utama bagi berbagai jenis industri pengolahan (manufacturing) seperi: makanan dan minuman fungsional, farmasi, kosmetik, bioplastic, biofuel, dan lainnya Mendukung kedaulatan pangan, energi, dan farmasi.
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk Indonesia dan dunia, maka permintaan terhadap komoditas dan beragam jenis produk hilir (down-stream products) rumput laut akan terus meningkat Prospek bisnis dan ekonomi semakin cerah.
Usaha budidaya rumput laut tidak memerlukan modal besar, menguntungkan (profitable), masa panen relatif pendek (45 hari), dan teknologinya sederhana Bagus untuk penciptaan lapangan kerja dan mengatasi kemiskinan.
Pada umumnya lokasi usaha budidaya rumput laut terdapat di wilayah pesisir, laut, pulau-pulau kecil, pedesaan, dan luar Jawa Bagus untuk mengurangi permasalahan khronis bangsa berupa disparitas Pembangunan antar wilayah yang telah menyebabkan biaya logistik yang sangat mahal dan inefisiensi serta rendahnya daya saing perkenomian bangsa.
Rumput laut memiliki kemampuan untuk menyerap karbon dioksida (CO2) secara signifikan. Rumput laut mampu menyerap hingga 20 kali lipat karbon dibandingkan tumbuhan darat (hutan) (FAO, 2020) Sehingga, membantu untuk mitigasi Perubahan Iklim Global (Global Warming or Boiling).
Budidaya rumput laut berdampak positif bagi kesehatan ekosistem laut, seperti mengurangi eutrofikasi dan menjaga keseimbangan keanekaragaman hayati sesuai dengan tujuan ekonomi biru untuk konservasi laut.
Rumput laut merupakan SDA terbarukan (renewable resource) Mendukung Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development).
Peran Strategis Rumput Laut
Prof Rokhmin Dahuri menekankan pentingnya peran strategis rumput laut dalam pembangunan ekonomi biru untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Antara lain:
1. Peningkatan Teknologi Budidaya: Mengadopsi teknologi terbaru dalam budidaya rumput laut untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen.
2. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir*l: Melibatkan dan memberdayakan masyarakat pesisir dalam kegiatan budidaya rumput laut untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
3. Penelitian dan Pengembangan (RD): Meningkatkan investasi dalam penelitian dan pengembangan untuk menemukan varietas rumput laut unggul dan metode budidaya yang lebih efisien.
4. Penguatan Pasar dan Pemasaran: Membangun jaringan pemasaran yang kuat baik di tingkat domestik maupun internasional untuk memperluas akses pasar rumput laut Indonesia.
Selain peluang, Prof. Rokhmin juga mengidentifikasi beberapa tantangan yang dihadapi oleh industri rumput laut, seperti perubahan iklim, serangan hama, dan fluktuasi harga pasar. Beliau mengajak semua pihak untuk bekerja sama dalam mengatasi tantangan ini melalui inovasi dan kerjasama lintas sektor.
Prof. Rokhmin Dahuri menegaskan bahwa dengan sinergi antara pemerintah, akademisi, dan industri, Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam industri rumput laut global.
Saya berharap acara Rembuk Nasional ini dapat menjadi momentum untuk memperkuat komitmen bersama dalam memajukan industri rumput laut Indonesia secara berkelanjutan, tuturnya.
Modal Dasar Pembangunan Indonesia
Dalam kesempatan itu, Prof. Rokhmin Dahuri menguraikan modal dasar pembangunan Indonesia, antara lain: Pertama, Indonesia memiliki modal dasar pembangunan Indonesia yaitu jumlah penduduk 278,4 juta orang (terbesar keempat di dunia) dengan jumlah kelas kelas menengah yang terus bertambah, dan dapat bonus demografi dari 2020 – 2040, merupakan potensi human capital (daya saing) dan pasar domestik yang luar biasa besar.
Posisi geoekonomi yang sangat strategis ini harusnya dijadikan peluang bagi Indonesia sebagai negara produsen dan pengekspor barang dan jasa (goods and services) utama di dunia, sehingga menghasilkan neraca perdagangan yang positip (surplus) secara berkelanjutan. Sayangnya, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal, ujar Prof. Rokhmin Dahuri.
Kedua, kaya beragam jenis Sumber Daya Alam (SDA) baik di darat maupun di laut. Ketiga, posisi geoekonomi dan geopolitik yang sangat strategis, dimana 45% dari seluruh komoditas dan produk dengan nilai 15 triliun dolar AS/tahun dikapalkan melalui ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) (UNCTAD,2012). Selat Malaka (ALKI-1) merupakan jalur transportasi laut terpada di dunia, 200 kapal/hari.
Posisi geoekonomi yang sangat strategis ini harusnya dijadikan peluang bagi Indonesia sebagai negara produsen dan pengekspor barang dan jasa (goods and services) utama di dunia, sehingga menghasilkan neraca perdagangan yang positip (surplus) secara berkelanjutan. Sayangnya, sejak 2010 hingga 2019 neraca perdagangan RI justru negatip terus, ujar Menteri Kelautan dan Perikanan 2001 – 2004 itu.
Keempat, rawan bencana alam (70% gunung berapi dunia, tsunami, dan hidrometri) semestinya dianggap sebagai tantangan yang membentuk etos kerja unggul (inovatif, kreatif, dan entrepreneur) dan akhlak mulia bangsa.
Dengan jumlah penduduk yang sangat besar, kekayaan sumber daya alam darat dan laut yang melimpah serta posisi geoekonomi dan geopolitik Indonesia menjadi sangat strategis. Akan tetapi, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal, ujar Prof. Rokhmin Dahuri.
Selanjutnya, Prof Rokhmin Dahuri menguraikan tantangan dan permasalahan pengelolaan dan pengembangan budidaya rumput laut, yaitu:
Pertama, Kepastian Tata Ruang Pemanfaatan Wilayah Perairan:: Hingga saat ini, baru sekitar 0,8% atau 102 ribu ha dari 12 juta ha lahan potensial yang dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut (KKP, 2024)
Kedua, Serangan Hama Dan Penyakit: Serangan hama (ikan herbivora) dan penyakit seperti ice-ice yang dipicu oleh perubahan lingkungan dan pencemaran air.Penyakit ice-ice adalah salah satu penyebab utama kegagalan panen rumput laut, terutama di sentra produksi seperti Sulawesi Selatan (KKP, 2021).
Ketiga, Keterbatasan Benih Berkualitas: Distribusi bibit kultur jaringan berkualitas hanya mencakup sebagian kecil wilayah, sementara kebutuhan bibit unggul terus meningkat produktivitas menurun hingga 30% di daerah terdampak (KKP, 2022).