Terungkap! Akibat Pagar Laut Sekitar 1.500 Nelayan Mengalami Kerugian Sekitar Rp 9 Miliar

oleh -155 Dilihat

XNEWS.ID – Pagar laut yang terbentang sepanjang 30,16 kilometer di perairan Kabupaten Tangerang telah menjadi sumber kontroversi, terutama karena dampaknya telah menyebabkan kerugian signifikan bagi nelayan setempat. Pagar ini diklaim sebagai upaya mitigasi abrasi dan tsunami, namun data menunjukkan bahwa struktur ini lebih banyak mendatangkan kerugian.

Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah penghalang fisik yang dibentuk oleh pagar laut ini, yang memblokir akses mereka ke beberapa wilayah tangkapan yang kaya akan sumber daya ikan.

Selain itu, hilangnya akses ke perairan yang kaya ikan juga dapat mempengaruhi keberlanjutan ekonomi mereka, yang bergantung pada hasil laut untuk memenuhi kebutuhan hidup. Menurut laporan, pendapatan nelayan di kawasan tersebut anjlok hingga 80 persen setelah keberadaan pagar laut tersebut.

Situasi ini menarik perhatian banyak pihak, termasuk Ombudsman, karena dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan terhadap masyarakat nelayan. Berdasarkan data dari Ombudsman Republik Indonesia (RI), pendapatan nelayan menurun sekitar 80 persen karena akses mereka ke wilayah tangkapan ikan terbatas. Selain itu, biaya operasional nelayan meningkat dua kali lipat karena rute melaut menjadi lebih jauh.

Anggota Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika, mengungkapkan bahwa pagar laut yang dibangun di perairan Tangerang telah menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi nelayan setempat. Dalam tiga bulan terakhir, diperkirakan sekitar 1.500 nelayan mengalami kerugian sekitar Rp 9 miliar akibat adanya pemagaran laut tersebut.

Jika dihitung dengan asumsi jumlah nelayan terdampak mencapai 3.800 orang, kerugian yang terjadi tentu akan jauh lebih besar.

Estimasi ini berdasarkan asumsi jumlah minimal 1.500 nelayan yang terdampak penurunan pendapatan rata-rata sebesar Rp 100.000 per hari. Dengan asumsi tersebut, jika mereka melaut selama 20 hari dalam sebulan, kerugian ekonomi mencapai Rp 9 miliar dalam tiga bulan, ungkap Yeka Hendra Fatika, dalam keterangannya, dikutip Sabtu (18/1).