PETA menilai bahwa mantan GAM selama ini telah menikmati berbagai keistimewaan, termasuk jabatan strategis di lembaga rehabilitasi dan rekonstruksi, serta posisi penting di pemerintahan daerah. Mereka juga menyoroti pengelolaan Dana Otonomi Khusus (Otsus) yang dinilai tidak merata dan memicu rasa ketidakpuasan masyarakat.
Tak hanya itu, PETA menyinggung nasib para petani kopi yang turut menjadi korban konflik. Meski kerugian ekonomi mereka disebut mencapai hampir Rp10 triliun, kompensasi yang diterima dinilai jauh dari memadai. Kami telah mengorbankan segalanya, namun tidak ada keadilan, keluh salah seorang petani kopi.
