Tag: Haitsam Nuril Brantas Anarki

Malang, (XNews.id) - Mahasiswa UMM yang sedang melakukan program Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa atau PMM dari Universitas Muhammadiyah Malang dengan pembimbing Drs. Moh. Jufri, ST. MT rangakaian kegiatan kali ini fokus pada ekonomi di masa pandemi. Kelompok mahasiswa PMM bhaktimu negeri di Desa Ngroto Kecamatan Pujon Kabupaten Malang Minggu (12/7/2020) setelah melakukan observasi, melihat banyak sayur yang tidak di panen karena harga di pasar sangat murah. Haitsam Nuril Brantas Anarki selaku Mahasiswa Asli Pujon dan Sekaligus Wakil Ketua PMM menyampaikan, petani disini sangat di rugikan pasalnya hasil dari panen sayur sayur mereka setalah dijual, uang hasil panen yang didapat tidak mencukupi untuk membayar buruh. "Jadi petani lebih memilih membawa pulang hasil panennya dan membagikannya ke tetangga. Hal ini terjadi kepada petani cabai, sawi daging, sawi putih dan kacang-kacangan," jelas Nuril Menurut Mahasiswa yang teramat peduli lingkungan ini bahwa, anjloknya harga sayuran salah satunya diakibatkan oleh banyaknya industri yang tutup dan rumah makan tutup, sedangkan pasokan sayuran semakin banyak akan tetapi permintaan semakin sedikit. "Maka dari itu turunya harga dari sayur mayur ini sangat berdampak bagi perekonomian petani, oleh sebab itu selaku mahasiswa yang sedang memiliki tugas pengabdian berinisiatif untuk sedikit berinovasi dengan membuat olahan dari komoditas sayuran yang harganya sedang turun karena terdampak selama pandemi ini," ujar Nuril. Kita semua Kecamatan Pujon banyak sekali petani yang menanam sayur mayur, bisa di bilang roda ekonomi di Kecamatan Pujon dari sayur mayur, salah satunya cabai, saat awal pandemi ini musim panen cabai. "Akibat pandemi Covid 19 harga cabai sangat rendah yang akhirnya membuat banyak petani cabai merugi," terang Nuril. Semua ini kata Nuril, banyaknya cabai serta hanya sedikit varian yang dilakukan dalam mengelola cabai, oleh sebab itu kami berinisiatif untuk membuat olahan berbahan dasar cabai. Kami membuat varian bubuk cabai, dan langkah saat ini banyak dilakukan oleh petani cabai adalah mengeringkan cabai saja tanpa diolah lagi menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual. "Setelah itu baru dijadikan bubuk cabai dengan tambahan ebi sebagai variasai pembeda dengan bubuk cabai yang sudah terkenal. Bubuk cabai juga sudah diberi bumbu garam, gula halus dan kaldu jamur. Selain itu bubuk cabai ini kami beri nama SWAP akronim dari Serbuk Cwabe Pedas plesetan dari SWAP yang saat pandemi ini banyak dilakukan untuk tes positif atau negatif Covid-19," ucapnya sambil tersenyum. Hal ini sebagai upaya untuk menarik pembeli dengan memberi nama yang menarik kepada produk yang dijual, Nuril juga mengatakan bahwa, Mahasiswa PMM juga melakukan wawancara kepada petani cabai yang hasil panennya diberikan kepada tetangga sekitar mereka perlu bekerja menjadi buruh tani. Hasil panen ini perlu diolah dan diberikan nilai jual agar baiaya obat saat menanam balik modal. "Sebab itu edukasi mengenai penjualan setelah diajari cara penjualan secara online dan juga offline. Hal ini perlu juga diberikan upaya selain untuk jualan hasil produk mereka juga melek teknologi. Berjalan secara online dianggap sebagai hal yang susah dilakukan padahal hampir semua petani yang kami wawancara mempunyai WhatsApp artinya mereka sudah memiliki smartphone yang sudah terkoneksi dengan internet dan juga bisa memulai usaha dengan berjualan ke pasar yang lebih luas yaitu online,"harapnya. Iapun menjelaskan, edukasi dilakukan kepada masyarakat umum, peternak dan PKK. Edukasi yang dilakukan pada PKK sosialisasinya melalui kirim link Youtube video dan disebarkan ke grup WhatsApp mereka, hal ini dikarenakan pada masa pandemi ini tidak diperbolehkan mengumpulkan masyarakat sehingga dilakukan secara online dan mendapat respon positif dari ibu-ibu PKK. Dari pihak peternak mayoritas berternak sapi perah yang pendapatannya dari susu kami juga berharap edukasi yang kami berikan juga dapat bermanfaat selain membuat produk olahan sesuai saran kami juga dapat berinisiatif membuat produk olahan kreasi sendiri dan bisa memasarkannya secara online. "Alhamdllah respon ibu-ibu juga banyak yang senang karena memiliki kendala anaknya susah makan sayur membuat kue dengan tambahan sayur juga membuat mereka ingin berkreasi untuk anak mereka sehingga Keterlibatan dan keterlibatan nahasiswa PMM Bhaktimu negeri menjadi sangat penting untuk membuat semua orang bertahan dalam pandemi ini," tutup Nuril. (4rdy)

Tag: Haitsam Nuril Brantas Anarki

Bubuk Cabai SWAP Inovasi Mahasiswa UMM untuk mengatasi Merosotnya Harga Produk Pertanian Pada Masa Pandemi COVID-19

Bangga Dengan Faces hield Karya Mahasiswa UMM, SDN Wiyurejo Akan Pakek di Acara Wisuda