Tag: hedaline

Nias Barat (XNews.id) - Polres Nias menetapkan status korban pengeroyokan berinisial HH alias Ama Eros warga Dusun I Desa Fardoro, Kecamatan Sirombu, Kabupaten Nias Barat Sumatera Utara sebagai tersangka. Hal itu, sesuai surat pemberitahuan penetapan tersangka Nomor: K/ 19.A/ I/ RES.1.6./ 2021/ Reskrim tertanggal 25 Januari 2021. Dalam surat pemberitahuan tersebut korban HH dan beberapa keluarganya ditetapkan sebagai tersangka atas laporan sanding terduga pelaku berinisial FH alias Ama Markus dengan nomor: STPLP/25/VII/2020/ NS-Rombu tertanggal 25 Juli 2020. Sedangkan laporan pengaduan korban nomor: STPLP/24/VII/2020/NS-Rombu tertanggal 25 Juli 2020 tak kunjung diproses atau hingga kini belum ada penetapan tersangka. "Pada peristiwa itu jelas-jelas bahwa HH adalah sebagai korban. Ia diserang dan dikeroyok oleh ketiga terduga pelaku FH, IH dan SG di lokasi bangunan tempat usaha mebel miliknya. Akibat peristiwa itu korban mengalami sejumlah luka-luka hingga ia terpaksa dirawat di UPT Puskesmas Sirombu Nias Barat," ujar abang kandung korban Hasamoni Hia kepada XNews.id, Jumat (12/03/2021). Dijelaskan kronologis kejadian, awalnya para terduga pelaku mendatangi lokasi bangunan tempat usaha milik korban, kemudian pelaku melarang korban mendirikan usahanya di lokasi tersebut karena pelaku mengklaim bahwa tanah itu adalah milik mereka. Kemudian korban menjelaskan kepada pelaku bahwa tanah yang sedang dibangunnya itu merupakan tanah warisan milik keluarganya yang sudah mereka kuasai selama turun-temurun. "Saat itu korban sempat mengajak pelaku untuk membicarakan masalah tanah tersebut secara kekeluargaan bukan dengan emosional. Namun para pelaku yang sudah dikuasai oleh emosi langsung mengeroyok korban hingga babak belur," katanya. Atas peristiwa itu korban langsung membuat laporan pengaduan polisi di Polsek Sirombu untuk meminta keadilan. Setelah itu, terduga pelaku juga membuat laporan dan mengklaim bahwa dirinya juga dikeroyok oleh pihak korban. Hasamoni menuturkan bahwa dibawah penanganan Polsek Sirombu laporan pengaduan korban sudah naik ke tahap sidik karena mencukupi alat bukti. Sedangkan terhadap laporan terduga pelaku diduga juga dipaksakan naik ke tahap sidik dan kudis yang diklaim oleh terduga pelaku sebagai luka akibat penganiayaan diduga dijadikan sebagai bukti penguat laporannya. Hal itu membuat keluarga korban menduga bahwa laporan terduga pelaku lebih diprioritaskan dan oknum penyidik Polsek Sirombu memiliki hubungan emosional baik dengan terduga pelaku yang kini masih menjabat sebagai kepada desa defenitif. Terlebih-lebih karena pelaku juga berasal dari keluarga yang berada dan beberapa saudaranya menduduki jabatan strategis di wilayah pemerintahan kabupaten Nias Barat. Setelah laporan pengaduan korban dan pelaku naik ke tahap sidik, selanjutnya Polsek Sirombu melakukan pelimpahan berkas untuk ditangani di Polres Nias. Dibawah penanganan Polres Nias, laporan korban ditangani oleh unit IV Sat Reskrim dan terhadap laporan terduga pelaku ditangani oleh Unit II Sat Reskrim, tuturnya. Menurut abang kandung korban, dalam proses penanganan kasus penganiayaan terhadap adik kandungnya, korban merasa diintimidasi oleh oknum penyidik. Ketika pengambilan BAP lanjutan atas laporan korban, Selasa (25/08/2020) diruang pemeriksaan unit IV Sat Reskrim Polres Nias, korban merasa ditekan dan dibentak-bentak oleh oknum penyidik hingga diteror dengan puluhan pertanyaan yang terkesan menyudutkan. Bahkan saat itu korban diperiksa oleh penyidik pembantu BRIPDA Gratia Rogate Telaumbanua mulai pagi sekira pukul 10.00 WIB hingga malam Pukul 20.38 WIB. Sehingga korban baru bisa pulang kerumah malam hari, saat itu korban terlihat trauma dan wajahnya pucat akibat lapar dan kelelahan. Demikian juga ketika prarekon digelar pada tanggal 28 Desember 2020, penyidik pembantu Bripda Gratia Rogate Telaumbanua diduga tidak profesional dan diduga mengintervensi saksi-saksi yang dihadirkan oleh korban. Ia juga melarang korban membaca dengan seteliti-telitinya berita acara pra rekon tersebut. Berita acara pra rekon tidak sesuai dengan keterangan korban dan para saksi. Saat itu korban keberatan dan meminta agar berita acara tersebut disesuaikan dengan hasil gelar di lapangan karena setelah ia baca dengan teliti ternyata isi berita acaranya diduga banyak yang dikarang oleh oknum penyidik sendiri. Kemudian penyidik pembantu unit IV Reskrim Bripda Gratia Rogate Telaumbanua malah emosi dan merebut berita acara prarekon itu ditangan korban, selanjutnya ia menyuruh korban keluar dari ruangan. Sehingga pihak korban menduga bahwa penyidik tersebut berusaha mengkaburkan fakta hukum atas penganiayaan terhadap diri korban. Dalam perkara ini, pihak korban juga menduga bahwa para pelaku dibekingi oleh oknum Polisi yang bertugas di wilayah hukum Polres Nias berinisial FT yang juga memiliki hubungan keluarga dengan pelaku. Oknum Polisi tersebut juga memiliki hubungan emosional baik dengan penyidik pembantu di unit II dan unit IV Sat Reskrim yang kini diduga berusaha memutarbalikkan fakta dalam kasus penganiayaan terhadap korban HH sehingga korban beserta keluarganya dijadikan tersangka, kemudian laporan korban akan dihentikan. Korban HH malah ditetapkan sebagai tersangka sementara terduga pelaku merasa diatas angin dan tak bisa tersentuh hukum. Terhadap laporan korban HH akan dihentikan oleh unit IV Sat Reskrim Polres Nias dengan alasan tidak memenuhi alat bukti sesuai SP2HP nomor: B/ 269.B/ III/ RES.1.6./ 2021 Reskrim tertanggal 05 Maret 2021, keluh Hia. Dia mengatakan bahwa dalam kasus penganiayaan terhadap Hasanaha Hia alias Ama Eros yang terjadi pada tanggal 25 Juli 2020 di lokasi bangunan tempat usaha mebel miliknya, korban merasa dikriminalisasi oleh pihak Sat Reskrim Polres Nias. Seharusnya ia adalah satu-satunya korban dalam peristiwa itu tetapi malah sebaliknya HH ditetapkan sebagai tersangka dan juga beberapa keluarganya yang tak berdosa ikut jadi tersangka. Terkait hal itu, saat ini pihak korban sedang menyiapkan dokumen serta alat bukti pendukung untuk melakukan upaya hukum lain. Pihak korban juga akan melayangkan surat pengaduan ke Kapolri dan ditembuskan ke Presiden RI, Kompolnas, Menkumham dan lainya karena mereka merasa tidak ada keadilan di Polres Nias. Kami pihak keluarga korban berharap agar bapak Kapolri mengambil alih perkara ini dan menindak semua oknum Polisi yang diduga berusaha mengkaburkan fakta hukum dalam kasus penganiayaan terhadap Hasanaha Hia alias Ama Eros demi melindungi pelaku, harap Hia. (H)

Tag: hedaline

Polres Nias Tetapkan Status Korban Pengeroyokan di Nias Barat Jadi Tersangka

Polres Malang Usut Kasus Kekerasan Anak Yang Viral di Sosmed

IDAI Jatim Dukung Pemberlakuan Pembelajaran Jarak Jauh Sekolah Sampai Desember 2020