Tag: Wahyu Eko Setiyawan

Oleh : Wahyu Eko Setiyawan Penggiat : Sekolah Budaya Tunggulwulung Dimana partai politik ketika musibah wabah pandemi virus Covid-19 ini berlangsung? Kemana mereka semuanya yang biasanya rajin berbagi kebaikan sambil tebar pesona menjelang musim kampanye politik? Kemana para caleg dari semua partai politik yang tahun lalu rajin turun ke bawah berebut suara dan simpati dari rakyat? Kemana para kader partai politik pada saat terjadi krisis seperti saat ini? Oh ya, kemana Mbak Krisdayanti yang sudah berhasil merebut suara terbanyak dari rakyat Malang Raya, dan menjadi anggota DPR RI dari dapil Malang Raya? Singkatnya, kemana semua partai politik saat berbagai kesulitan datang mengepung dan menjerat hidup rakyat seperti saat ini? Semua pertanyaan sederhana dan gamblang tersebut di atas, tiba-tiba saja menyeruak di tengah-tengah semakin sesaknya beban hidup rakyat. Pada saat seperti ini, kita semua sebenarnya tengah diperlihatkan dengan sangat gamblang dan nyata, bagaimana sesungguhnya kinerja dan eksistensi dari partai politik. Apakah mereka bekerja untuk memperjuangan kepentingan rakyat, atau semata-mata hanya mengejar nafsu jabatan, harta dan kekuasaan belaka? Apakah kehadiran dan keberadaan partai politik untuk mengemban amanat memperjuangkan nasib hidup rakyat, ataukah hanya untuk memanfaatkan legitimasi dari rakyat demi untuk kepentingan kelompoknya dan dirinya sendiri? Apakah partai politik memperlakukan rakyat sebagai “Suara Tuhan” yang harus diperjuangkan mati-matian, ataukah cuma sekedar memperlakukan rakyat sebagai bilangan hitungan suara dalam pemilu dan perebutan kekuasaan belaka? Saat ini, dalam situasi dan kondisi seperti saat ini, kita bisa dengan gamblang dan jelas menemukan jawabannya. Tragedi pandemi wabah virus Covid-19 yang terjadi saat ini, menjadi daya ungkap yang telah membuka tabir kepalsuan dan selimut kepura-puraan, yang memperlihatkan wajah dan karakter sesungguhnya dari partai politik yang ada. Kita semuanya bisa menyaksikannya dengan gamblang dan nyata. Situasi dan kondisi seperti saat ini, adalah ujian terbaik bagi partai politik untuk membuktikan eksistensi, peran, perjuangan, pengorbanan dan ideologinya. Apakah semuanya itu hanya sekedar bunyi-bunyian belaka? Apakah jargon dan slogan partai politik hanya menjadi tong kosong nyaring bunyinya? Apakah orasi dan retorika yang disampaikan oleh partai politik selama ini hanya menjadi pepesan kosong yang semakin membusuk? Saat inilah pembuktian terbaiknya. Kita semuanya bisa menyaksikannya dengan hati nurani pada realita yang gamblang dan nyata. Seharusnya, sudah menjadi kewajiban utama dari semua partai politik yang ada, jika nasib dan hajat hidup rakyat terancam oleh sebab apapun, maka partai politik wajib tampil ke depan. Partai politik wajib memastikan keberpihakan untuk memperjuangkan nasib dan hajat hidup rakyat. Partai politik wajib memastikan, bahwa perintah konstitusi untuk “Melindungi Segenap Warga Negara” bisa diwujudkan nyata. Sekali lagi, ketika situasi dan kondisi hidup rakyat semakin terancam dan menderita, partai politik seharusnya berani maju tampil ke depan. Membela dan melindungi rakyat. Bukan malah bersembunyi dan saling lempar tanggung jawab. Bukan malah sibuk beradu opini, analisa dan segala argumentasi yang saling menjatuhkan. Tanpa mandat dan amanah dari rakyat, partai politik mau jadi apa? Tanpa suara rakyat, partai politik pasti bubar! Mereka yang hanya mengandalkan hidup dari bekerja harian, yang mendapatkan penghasilan harian, tentu saat ini menjadi pihak yang sangat terdampak nyata dari adanya pandemi wabah virus Covid-19. Berbagai aktifitas ekonomi informal yang mengandalkan keramaian, dengan segera hancur karena kebijakan PSSB dan lainnya. Mereka para pelakunya beragam, mulai dari PKL, warung, seniman, musisi, EO, agensi, dan masih banyak yang lain-lainnya. Semua kesulitan semakin menghimpit dan berkelindan. Tidakkah partai politik bisa membaca realita sederhana ini? Ataukah mereka memang tidak mau tahu? Kita semuanya bisa mudah merasa muak dan jengkel, ketika mendengar berita bantuan dari pemerintah yang salah sasaran, bantuan dari pemerintah yang diberi nama atau bergambar kepala daerah seperti masa kampanye, dan berbagai bentuk penyimpangan yang ada. Kita bisa semua bisa dengan mudah merasa jijik dan muak, ketika melihat video kepala daerah yang sedang enak-enak makan aneka hidangan istimewa, di tengah-tengah kondisi rakyatnya yang sedang kesulitan mencari makan. Apakah tidak ada tenggang rasa? Apakah tidak ada empati dan tidak punya perasaan? Bukankah di tengah-tengah kondisi hidup yang serba sulit ini, kita bisa bersama-sama saling menjaga rasa senasib sepenanggungan dan penuh tenggang rasa? Mengapa masalah hidup rakyat yang sangat mendasar tidak menjadi agenda utama bagi partai politik? Mengapa kebutuhan dan hajat hidup rakyat yang sangat mendasar tidak menjadi perhatian utama bagi partai politik? Kenapa hidup rakyat yang semakin terpuruk tidak menjadi perhatian utama bagi partai politik untuk bisa segera diselesaikan? Sebenarnya, apakah yang hendak mereka perjuangkan? Untuk siapakah partai politik berjuang selama ini? Apakah rakyat tidak membutuhkan partai politik? Lantas, apa artinya keberadaan partai politik, paskah krisis pandemi virus Covid-19 ini berakhir? Apakah hanya sekedar ritual kehadiran lima tahunan untuk tujuan pemilu saja? Semoga, kita semuanya bisa mengambil hikmah dan pelajaran yang sangat berharga kali ini. Agar kita tidak salah lagi dalam melangkah ke depan. Agar kita tidak salah lagi memberikan amanat untuk memperjuangkan nasib hidup rakyat ke depan. Agar suara rakyat benar-benar punya daya magis “Suara Rakyat Suara Tuhan”. Dan semoga, suara rakyat tidak lagi mudah diperjual-belikan demi untuk keuntungan sesaat. Kenang, kenanglah saat-saat susah dan penuh kesulitan seperti saat ini. Ingat, ingatlah penderitaan yang kita rasakan bersama seperti saat ini. Jadikan cambuk, untuk semangat kebangkitan. Jadikan pelajaran hidup, agar masa depan tidak meredup. Ambil indahnya, ambil hikmahnya.